Kamis, 15 Maret 2012

Dampak Negative Horror Film


Apakah Anda suka menonton film horor? Atau malah film jenis inilah yang jadi tontonan favorit Anda? Bisa jadi begitu, terutama bila Anda adalah seorang yang menyukai keseraman, ketakutan, atau tantangan.

Namun, hati-hati bila Anda sudah mempunyai anak. Sebaiknya, jangan ajak anak Anda untuk ikut menonton film-film horor tersebut. Film horor boleh saja Anda sukai, tapi film jenis itu sama sekali tidak baik bagi anak Anda.

Pengertian film horor adalah film yang berisi tentang ketakutan dan kengerian yang bertujuan untuk menakut-nakuti penonton. Semakin takut penonton ketika menyaksikan film, semakin baguslah film horor tersebut. Namun, ketakutan yang ditimbulkan tersebut bisa berefek secara psikologis selama bertahun-tahun, terutama bagi anak-anak.

Dampak Negatif Film Horor Pada Anak

Berikut adalah pengaruh negatif film-film horor bagi anak-anak :

1. Mimpi Buruk

Efek yang sering ditemui bagi anak setelah menonton film horor adalah datangnya mimpi buruk dalam tidur mereka. Anak akan bermimpi tentang hal yang menakutkan seperti dalam film, kemudian dia terbangun dengan tiba-tiba dan merasa ketakutan. Hal tersebut bila terjadi terus-menerus akan menyebabkan gangguan kejiwaaan anak yang serius.

2. Kecemasan yang Berlebihan

Film-film horor bisa menimbulkan kecemasan yang berlebihan pada anak berusia di bawah lima tahun. Akibat dari kecemasan yang berlebihan ini, maka anak akan mengalami gangguan tidur, agresif, dan melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya bagi dirinya sendiri.

3. Menghindari Kehidupan Nyata

Efek lain yang sangat merugikan adalah rasa takut pada psikologis anak untuk menghadapi kehidupan yang sesungguhnya. Anak akan menjadi seorang penakut, takut keluar karena dihantui kenyataan yang paparkan dalam film-film horor. Ia takut akan menemukan situasi yang sama seperti dalam film.

4. Menimbulkan Obsesi

Anak-anak pra-remaja dan remaja akan cenderung terobsesi akan hal-hal yang menakutkan. Mereka akan berbicara tentang hal-hal yang mengerikan satu sama lain, suka menakut-nakuti teman, dan sebaginya.

5. Efek Umum

Selain efek-efek di atas, ada efek yang paling umum ditemui. Efek film-film horor paling umum bagi anak yaitu seperti menjerit tiba-tiba, menangis, gemetar, sakit perut, berkeringat, menggigil, dan kehilangan nafsu makan
6. Menganggap Benar -- Anak yang terbiasa menonton film horor atau mistik akan menganggap apa yang mereka lihat adalah benar, tak bisa membedakan mana yang nyata dan rekaan semata. "Mereka menginternalisasikannya ke dalam belief system sehingga setelah dewasa percaya klenik," jelas Rani pada acara kampanye "Lindungi Keluarga" di Jakarta, baru-baru ini.

 7. Perilaku Berubah -- Perilaku anak bisa berubah. Contohnya, kecemasan, ketakutan berkepanjangan, dan mimpi buruk. Isi film horor sebagian besar adegan kekerasan dan kejahatan berdarah. Anak terobsesi menirunya yang cenderung membahayakan dirinya dan orang lain.

 8. Jangka Panjang -- Dampak psikologisnya bisa berjangka panjang. Dampak ini mempengaruhi rasa percaya diri anak. Menurut Steve Wollin dalam buku "Resileince Self", manusia lahir tanpa jati diri dan jati diri dibentuk dari pantulan ekspresi-ekspresi wajah yang dilihatnya. "Jika anak-anak selalu melihat ekspresi wajah marah atau menakutkan, maka mereka merasa diri tidak layak dicintai," jelas Rani.

 9. Prestasi Akademik -- Dampak pada prestasi akademiknya, anak jadi kurang tidur dan rasa cemas berkepanjangan. Akibat yang ditimbulkan adalah menurunnya konsentrasi dan kemampuan mengendalikan diri hingga mereka tidak dapat belajar optimal.



 Upaya Mencegah

 Banyak langkah pintar yang bisa dilakukan orangtua untuk mencegah anak terkena dampak tayangan negatif seperti itu, misalnya sbb.:

 1. Pahami status tontonan, misalnya status tayangan BO (Bimbingan Orangtua) untuk anak usia di atas 13 tahun sementara status DW untuk usia di atas 21 tahun.

 2. Pilihkan tayangan sesuai usia anak.

 3. Dampingi anak saat menonton, ingatkan atau bekali anak dengan pengetahuan tentang dampak buruk tontonan horor dan kekerasan.

 4. Diskusikan dengan anak-anak tentang tayangan yang membuat mereka tidak nyaman atau menakutkan. Orangtua atau seorang ibu misalnya, bisa mengatakan pada anak, "Kalau ada tontonan yang buat kamu takut atau tidak bisa tidur, kamu bisa ceritakan pada ibu."

 5. Ajak anak melakukan kegiatan yang bersifat fisik untuk menghindarkannya duduk pasif di depan layar televisi.

 Lantas, bagaimana kalau anak telanjur melihat tontonan tersebut? Intinya komunikasi. Kemudian, orangtua jangan menampakkan ekspresi takut di depan anak saat mereka menakuti-nakuti. Ya, pura-pura beranilah.

 Ditambahkan, anak harus dibiasakan berpikir realistis dan logis agar level ketakutannya pada hal-hal mistis menurun. Misalnya seorang ibu mengatakan, "Setan itu memang ada, tapi tidak bisa kita lihat. Ibu juga tidak bisa lihat. Dan setan memang bertugas menggoda manusia untuk berbuat tidak baik."

 Turunkan pula level ketakutan anak dengan menjadikan diri orangtua sebagai cermin pengalamannya. Misalnya dengan mengatakan, "Sampai saat ini saja ibu tidak pernah lihat hantu." 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar