Apakah Anda suka menonton film horor? Atau malah film jenis
inilah yang jadi tontonan favorit Anda? Bisa jadi begitu, terutama bila Anda
adalah seorang yang menyukai keseraman, ketakutan, atau tantangan.
Namun, hati-hati bila Anda sudah mempunyai anak. Sebaiknya,
jangan ajak anak Anda untuk ikut menonton film-film horor tersebut. Film horor
boleh saja Anda sukai, tapi film jenis itu sama sekali tidak baik bagi anak
Anda.
Pengertian film horor adalah film yang berisi tentang
ketakutan dan kengerian yang bertujuan untuk menakut-nakuti penonton. Semakin
takut penonton ketika menyaksikan film, semakin baguslah film horor tersebut.
Namun, ketakutan yang ditimbulkan tersebut bisa berefek secara psikologis
selama bertahun-tahun, terutama bagi anak-anak.
Dampak Negatif Film Horor Pada Anak
Berikut adalah pengaruh negatif film-film horor bagi
anak-anak :
1. Mimpi Buruk
Efek yang sering ditemui bagi anak setelah menonton film
horor adalah datangnya mimpi buruk dalam tidur mereka. Anak akan bermimpi
tentang hal yang menakutkan seperti dalam film, kemudian dia terbangun dengan
tiba-tiba dan merasa ketakutan. Hal tersebut bila terjadi terus-menerus akan
menyebabkan gangguan kejiwaaan anak yang serius.
2. Kecemasan yang Berlebihan
Film-film horor bisa menimbulkan kecemasan yang berlebihan
pada anak berusia di bawah lima tahun. Akibat dari kecemasan yang berlebihan
ini, maka anak akan mengalami gangguan tidur, agresif, dan melakukan
tindakan-tindakan yang berbahaya bagi dirinya sendiri.
3. Menghindari Kehidupan Nyata
Efek lain yang sangat merugikan adalah rasa takut pada
psikologis anak untuk menghadapi kehidupan yang sesungguhnya. Anak akan menjadi
seorang penakut, takut keluar karena dihantui kenyataan yang paparkan dalam
film-film horor. Ia takut akan menemukan situasi yang sama seperti dalam film.
4. Menimbulkan Obsesi
Anak-anak pra-remaja dan remaja akan cenderung terobsesi
akan hal-hal yang menakutkan. Mereka akan berbicara tentang hal-hal yang
mengerikan satu sama lain, suka menakut-nakuti teman, dan sebaginya.
5. Efek Umum
Selain efek-efek di atas, ada efek yang paling umum ditemui.
Efek film-film horor paling umum bagi anak yaitu seperti menjerit tiba-tiba,
menangis, gemetar, sakit perut, berkeringat, menggigil, dan kehilangan nafsu
makan
6. Menganggap Benar -- Anak yang terbiasa menonton film
horor atau mistik akan menganggap apa yang mereka lihat adalah benar, tak bisa
membedakan mana yang nyata dan rekaan semata. "Mereka
menginternalisasikannya ke dalam belief system sehingga setelah dewasa percaya
klenik," jelas Rani pada acara kampanye "Lindungi Keluarga" di
Jakarta, baru-baru ini.
7. Perilaku Berubah
-- Perilaku anak bisa berubah. Contohnya, kecemasan, ketakutan berkepanjangan,
dan mimpi buruk. Isi film horor sebagian besar adegan kekerasan dan kejahatan
berdarah. Anak terobsesi menirunya yang cenderung membahayakan dirinya dan
orang lain.
8. Jangka Panjang --
Dampak psikologisnya bisa berjangka panjang. Dampak ini mempengaruhi rasa
percaya diri anak. Menurut Steve Wollin dalam buku "Resileince Self",
manusia lahir tanpa jati diri dan jati diri dibentuk dari pantulan
ekspresi-ekspresi wajah yang dilihatnya. "Jika anak-anak selalu melihat
ekspresi wajah marah atau menakutkan, maka mereka merasa diri tidak layak
dicintai," jelas Rani.
9. Prestasi Akademik
-- Dampak pada prestasi akademiknya, anak jadi kurang tidur dan rasa cemas
berkepanjangan. Akibat yang ditimbulkan adalah menurunnya konsentrasi dan
kemampuan mengendalikan diri hingga mereka tidak dapat belajar optimal.
Upaya Mencegah
Banyak langkah pintar
yang bisa dilakukan orangtua untuk mencegah anak terkena dampak tayangan
negatif seperti itu, misalnya sbb.:
1. Pahami status
tontonan, misalnya status tayangan BO (Bimbingan Orangtua) untuk anak usia di
atas 13 tahun sementara status DW untuk usia di atas 21 tahun.
2. Pilihkan tayangan
sesuai usia anak.
3. Dampingi anak saat
menonton, ingatkan atau bekali anak dengan pengetahuan tentang dampak buruk
tontonan horor dan kekerasan.
4. Diskusikan dengan
anak-anak tentang tayangan yang membuat mereka tidak nyaman atau menakutkan.
Orangtua atau seorang ibu misalnya, bisa mengatakan pada anak, "Kalau ada
tontonan yang buat kamu takut atau tidak bisa tidur, kamu bisa ceritakan pada
ibu."
5. Ajak anak
melakukan kegiatan yang bersifat fisik untuk menghindarkannya duduk pasif di
depan layar televisi.
Lantas, bagaimana
kalau anak telanjur melihat tontonan tersebut? Intinya komunikasi. Kemudian,
orangtua jangan menampakkan ekspresi takut di depan anak saat mereka
menakuti-nakuti. Ya, pura-pura beranilah.
Ditambahkan, anak
harus dibiasakan berpikir realistis dan logis agar level ketakutannya pada
hal-hal mistis menurun. Misalnya seorang ibu mengatakan, "Setan itu memang
ada, tapi tidak bisa kita lihat. Ibu juga tidak bisa lihat. Dan setan memang
bertugas menggoda manusia untuk berbuat tidak baik."
Turunkan pula level
ketakutan anak dengan menjadikan diri orangtua sebagai cermin pengalamannya.
Misalnya dengan mengatakan, "Sampai saat ini saja ibu tidak pernah lihat
hantu."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar