Kamis, 15 Maret 2012

Mystery/Film Horror


Para ilmuwan yang tergabung dalam sebuah penelitian menyebutkan bahwa film horor baik untuk kesehatan mental dan otak perempuan. Manfaat dari menonton film horor yakni adanya efek positif pada tubuh, pikiran, dan jiwa.

Film horor memang tidak sepenuhnya sinkron dengan realitas. Karena itu, bisa dibilang film horor adalah realitas yang menciptakan fiksi. Maka, jika mengetahui bahwa film itu merupakan fiksi, isapan jempol, dan imajinasi, penonton pun yakin bahwa itu tidak nyata. Timbulnya pengalaman traumatis setelah menonton film horor pun terbilang jarang.

Selain itu Penelitian juga menunjukkan, saat seorang perempuan menonton film horor, otak akan mengeluarkan neurotransmitter dopamin, glutamate, dan serotonin. Aktivitas otak pun meningkat sehingga pikiran akan selalu dalam keadaan siaga.

Selain itu, ancaman sinyal yang melewati hipotalamus akan merangsang kelenjar adrenal untuk menghasilkan adrenalin dan opiat yang memiliki seperti efek anestesi.

Setelah menonton film selama setengah jam, sistem tubuh akan menjadi tenang dan sistem pertahanan tubuh akan menjadi lebih kuat.

Oleh karena itu, tidak ada alasan lagi Anda untuk ogah menonton film horor. Sudah terbukti, menonton film horor memiliki efek positif pada kesehatan mental dan tubuh.

Namun, mereka yang menderita komplikasi jantung tetap harus menghindari menonton film tersebut. Sekarang, mematikan lampu dan tonton beberapa film ‘sehat’ seperti The Omen, The Exorcist dan The Ring.

Dampak Positif Film Horor :: bestlagu.com


Film Horor
Film Horor adalah film yang memancing emosi rasa takut dan rasa ngeri dari penikmat. Alur cerita mereka selalu melibatkan tema-tema kematian, supranatural, atau penyakit mental. Banyak cerita film horor yang berpusat pada sebuah tokoh antagonis tertentu yang jahat.

 Menurut sebuah studi menemukan bahwa sering menonton film horor ternyata memberikan efek positif bagi perempuan. Benarkah ?

 Para ilmuwan yang tergabung dalam sebuah penelitian menyebutkan bahwa film horor baik untuk kesehatan mental dan otak perempuan. Manfaat dari menonton film horor yakni adanya efek positif pada tubuh, pikiran, dan jiwa.

 Film horor memang tidak sepenuhnya sinkron dengan realitas. Karena itu, bisa dibilang film horor adalah realitas yang menciptakan fiksi. Maka, jika mengetahui bahwa film itu merupakan fiksi, isapan jempol, dan imajinasi, penonton pun yakin bahwa itu tidak nyata. Timbulnya pengalaman traumatis setelah menonton film horor pun terbilang jarang.

 Selain itu Penelitian juga menunjukkan, saat seorang perempuan menonton film horor, otak akan mengeluarkan neurotransmitter dopamin, glutamate, dan serotonin. Aktivitas otak pun meningkat sehingga pikiran akan selalu dalam keadaan siaga.

 Selain itu, ancaman sinyal yang melewati hipotalamus akan merangsang kelenjar adrenal untuk menghasilkan adrenalin dan opiat yang memiliki seperti efek anestesi.

 Setelah menonton film selama setengah jam, sistem tubuh akan menjadi tenang dan sistem pertahanan tubuh akan menjadi lebih kuat.

 Oleh karena itu, tidak ada alasan lagi Anda untuk ogah menonton film horor. Sudah terbukti, menonton film horor memiliki efek positif pada kesehatan mental dan tubuh.

 Namun, mereka yang menderita komplikasi jantung tetap harus menghindari menonton film tersebut. Sekarang, mematikan lampu dan tonton beberapa film 'sehat' seperti The Omen, The Exorcist dan The Ring.

Latar belakang Film horor

 Sebelum Perang Dunia II, film horor sebagian besar dibuat berdasarkan dari karya-karya sastra klasik bertema gotik / horor dari negara-negara Barat, seperti Drakula (1931), Frankenstein (1931), The Phantom of the Opera (1925), dan Dr Jekyll and Mr. Hyde (1941).

 Dalam dunia perfilman yang lebih baru, film horor sering menarik inspirasi dari kegelisahan hidup yang timbul setelah Perang Dunia II, sehingga terciptalah tiga sub-ragam yang berbeda namun saling berhubungan di Amerika Serikat dimana industri film horor berkembang sangat pesat. Ketiga sub-ragam tersebut adalah: horor-kepribadian seperti film Psycho (1960), horor-kiamat seperti film Invasion of The Body Snatchers (1956), dan horor-setan seperti film The Exorcist (1973). Dari sudut pandang industri film horor Amerika, sub-ragam yang terakhir dapat dilihat sebagai transisi modern dari film horor lama, dimana penekanan pada agen-agen supranatural yang membawa kengerian bagi dunia semakin diutamakan.

 Film horor umumnya telah diasosiasikan dengan kekerasan, anggaran yang rendah (B film), dan eksploitasi. Namun nyatanya banyak sutradara film dari Amerika yang terkenal dan dihormati seperti Alfred Hitchcock, Roman Polanski, Stanley Kubrick, John Carpenter, William Friedkin, Richard Donner, dan Francis Ford Coppola telah menggarap setidaknya satu judul film dalam ragam yang unik ini. Para kritikus film horor kebanyakan menganalisa film ragam ini dari sudut pandang teori ragam dan teori auteur.

 Beberapa film horor memasukkan unsur-unsur ragam lain seperti fiksi ilmiah, fantasi, mockumentary, komedi hitam, dan cerita getaran, yang menciptakan sebuah perpaduan atau sub-ragam yang baru.

Sejarah Film Horor

 1890-an - 1920-an

 Penggambaran pertama kejadian-kejadian gaib dan supranatural muncul di beberapa film pendek bisu yang dibuat oleh pionir film seperti Georges Méliès (sineas asal Prancis) pada akhir 1890-an, dimana filmnya yang paling menonjol adalah Le Manoir du diable (BI: "Rumah Iblis") (1896) yang kadang-kadang disebut sebagai film horor pertama. Proyek horornya yang lain adalah La Caverne maudite (alias "Gua Setan", BI: "Gua Terkutuk") (1898). Jepang mengawali film ragam horornya dengan Bake Jizo dan Shinin no Sosei , keduanya dibuat tahun 1898. Pada 1910, Edison Studio (sebuah perusahaan film Amerika Serikat) memproduksi versi film pertama Frankenstein, film tersebut sempat hilang selama bertahun-tahun, namun kolektor film bernama Felix Alois Dettlaff Sr menemukan sebuah salinan dan merilisnya pada tahun 1993.

 Awal abad ke-20 membawa banyak titik kemajuan dalam ragam horor, termasuk di sini adalah pertama kalinya sebuah sosok monster tampil di film-panjang horor, yaitu Quasimodo, si bungkuk dari Notre-Dame yang telah muncul di novel karya Victor Hugo, "Notre-Dame de Paris" (diterbitkan 1831). Film yang menampilkan Quasimodo antara lain film-film dari sineas Prancis Alice Guy seperti Esmeralda (1906), The Hunchback (1909), The Love of a Hunchback (1910) dan Notre-Dame de Paris (1911).

 'Film horor' sebagai fitur film pada awalnya banyak diciptakan oleh sineas Jerman di tahun 1910-an dan 1920-an, dalam era film Ekspresionis Jerman. Banyak dari film-film tersebut secara signifikan memengaruhi film-film Hollywood di kemudian hari, film besutan Paul Wegener berjudul The Golem (1915) adalah salah satunya. Pada tahun 1920, Robert Wiene menyutradarai The Cabinet of Dr Caligari, dengan gaya ekspresionisnya. Gaya ekspresionis tersebut akan memengaruhi banyak sineas, seperti Orson Welles sampai Tim Burton (dari Amerika Serikat), dan banyak lagi selama beberapa dekade. Era ekspresionis ini juga telah menghasilkan film fitur bertema vampir yang pertama, yaitu film Nosferatu karya FW Murnau tahun 1922, sebuah adaptasi yang tidak sah dari novel Dracula karya Bram Stoker.

Perkembangan Film Horor

 Perkembangan film horor diikuti di film drama Hollywood awal yang bereksperimen dengan tema horor, termasuk film versi Hollywood dari The Hunchback of Notre Dame (1923) dan film The Monster (1925), di mana keduanya dibintangi oleh Lon Chaney, Sr yang dikenal sebagai aktor film horor pertama di Amerika Serikat. Perannya yang paling terkenal adalah sebagai Phantom dalam film The Phantom of the Opera (1925). Perkembangan selanjutnya diikuti oleh film-film horor dari perusahaan film Universal, yang kemudian mengikuti rilisnya film tersebut dengan film-film horor terkenal seperti Dracula (1931), Frankenstein (1931), The Mummy (1932), Bride of Frankenstein (1935), Werewolf of London (1935), Son of Frankenstein (1939), The Invisible Man (1933), The Wolf Man (1941), dan Creature from the Black Lagoon (1954). Dengan serombongan tokoh monsternya yang ikonik, perusahaan Universal akan menciptakan kesan mendalam di generasi penggemar film di seluruh dunia.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar