Para ilmuwan yang tergabung dalam sebuah penelitian
menyebutkan bahwa film horor baik untuk kesehatan mental dan otak perempuan.
Manfaat dari menonton film horor yakni adanya efek positif pada tubuh, pikiran,
dan jiwa.
Film horor memang tidak sepenuhnya sinkron dengan realitas.
Karena itu, bisa dibilang film horor adalah realitas yang menciptakan fiksi.
Maka, jika mengetahui bahwa film itu merupakan fiksi, isapan jempol, dan
imajinasi, penonton pun yakin bahwa itu tidak nyata. Timbulnya pengalaman
traumatis setelah menonton film horor pun terbilang jarang.
Selain itu Penelitian juga menunjukkan, saat seorang
perempuan menonton film horor, otak akan mengeluarkan neurotransmitter dopamin,
glutamate, dan serotonin. Aktivitas otak pun meningkat sehingga pikiran akan
selalu dalam keadaan siaga.
Selain itu, ancaman sinyal yang melewati hipotalamus akan
merangsang kelenjar adrenal untuk menghasilkan adrenalin dan opiat yang
memiliki seperti efek anestesi.
Setelah menonton film selama setengah jam, sistem tubuh akan
menjadi tenang dan sistem pertahanan tubuh akan menjadi lebih kuat.
Oleh karena itu, tidak ada alasan lagi Anda untuk ogah
menonton film horor. Sudah terbukti, menonton film horor memiliki efek positif
pada kesehatan mental dan tubuh.
Namun, mereka yang menderita komplikasi jantung tetap harus
menghindari menonton film tersebut. Sekarang, mematikan lampu dan tonton
beberapa film ‘sehat’ seperti The Omen, The Exorcist dan The Ring.
Dampak Positif Film Horor :: bestlagu.com
Film Horor
Film Horor adalah film yang memancing emosi rasa takut dan
rasa ngeri dari penikmat. Alur cerita mereka selalu melibatkan tema-tema
kematian, supranatural, atau penyakit mental. Banyak cerita film horor yang
berpusat pada sebuah tokoh antagonis tertentu yang jahat.
Menurut sebuah studi
menemukan bahwa sering menonton film horor ternyata memberikan efek positif
bagi perempuan. Benarkah ?
Para ilmuwan yang
tergabung dalam sebuah penelitian menyebutkan bahwa film horor baik untuk
kesehatan mental dan otak perempuan. Manfaat dari menonton film horor yakni
adanya efek positif pada tubuh, pikiran, dan jiwa.
Film horor memang
tidak sepenuhnya sinkron dengan realitas. Karena itu, bisa dibilang film horor
adalah realitas yang menciptakan fiksi. Maka, jika mengetahui bahwa film itu
merupakan fiksi, isapan jempol, dan imajinasi, penonton pun yakin bahwa itu
tidak nyata. Timbulnya pengalaman traumatis setelah menonton film horor pun
terbilang jarang.
Selain itu Penelitian
juga menunjukkan, saat seorang perempuan menonton film horor, otak akan
mengeluarkan neurotransmitter dopamin, glutamate, dan serotonin. Aktivitas otak
pun meningkat sehingga pikiran akan selalu dalam keadaan siaga.
Selain itu, ancaman
sinyal yang melewati hipotalamus akan merangsang kelenjar adrenal untuk
menghasilkan adrenalin dan opiat yang memiliki seperti efek anestesi.
Setelah menonton film
selama setengah jam, sistem tubuh akan menjadi tenang dan sistem pertahanan
tubuh akan menjadi lebih kuat.
Oleh karena itu,
tidak ada alasan lagi Anda untuk ogah menonton film horor. Sudah terbukti,
menonton film horor memiliki efek positif pada kesehatan mental dan tubuh.
Namun, mereka yang
menderita komplikasi jantung tetap harus menghindari menonton film tersebut.
Sekarang, mematikan lampu dan tonton beberapa film 'sehat' seperti The Omen,
The Exorcist dan The Ring.
Latar belakang Film horor
Sebelum Perang Dunia
II, film horor sebagian besar dibuat berdasarkan dari karya-karya sastra klasik
bertema gotik / horor dari negara-negara Barat, seperti Drakula (1931),
Frankenstein (1931), The Phantom of the Opera (1925), dan Dr Jekyll and Mr.
Hyde (1941).
Dalam dunia perfilman
yang lebih baru, film horor sering menarik inspirasi dari kegelisahan hidup
yang timbul setelah Perang Dunia II, sehingga terciptalah tiga sub-ragam yang
berbeda namun saling berhubungan di Amerika Serikat dimana industri film horor
berkembang sangat pesat. Ketiga sub-ragam tersebut adalah: horor-kepribadian
seperti film Psycho (1960), horor-kiamat seperti film Invasion of The Body
Snatchers (1956), dan horor-setan seperti film The Exorcist (1973). Dari sudut
pandang industri film horor Amerika, sub-ragam yang terakhir dapat dilihat
sebagai transisi modern dari film horor lama, dimana penekanan pada agen-agen
supranatural yang membawa kengerian bagi dunia semakin diutamakan.
Film horor umumnya
telah diasosiasikan dengan kekerasan, anggaran yang rendah (B film), dan
eksploitasi. Namun nyatanya banyak sutradara film dari Amerika yang terkenal
dan dihormati seperti Alfred Hitchcock, Roman Polanski, Stanley Kubrick, John
Carpenter, William Friedkin, Richard Donner, dan Francis Ford Coppola telah
menggarap setidaknya satu judul film dalam ragam yang unik ini. Para kritikus
film horor kebanyakan menganalisa film ragam ini dari sudut pandang teori ragam
dan teori auteur.
Beberapa film horor
memasukkan unsur-unsur ragam lain seperti fiksi ilmiah, fantasi, mockumentary,
komedi hitam, dan cerita getaran, yang menciptakan sebuah perpaduan atau
sub-ragam yang baru.
Sejarah Film Horor
1890-an - 1920-an
Penggambaran pertama
kejadian-kejadian gaib dan supranatural muncul di beberapa film pendek bisu
yang dibuat oleh pionir film seperti Georges Méliès (sineas asal Prancis) pada
akhir 1890-an, dimana filmnya yang paling menonjol adalah Le Manoir du diable
(BI: "Rumah Iblis") (1896) yang kadang-kadang disebut sebagai film
horor pertama. Proyek horornya yang lain adalah La Caverne maudite (alias
"Gua Setan", BI: "Gua Terkutuk") (1898). Jepang mengawali
film ragam horornya dengan Bake Jizo dan Shinin no Sosei , keduanya dibuat
tahun 1898. Pada 1910, Edison Studio (sebuah perusahaan film Amerika Serikat)
memproduksi versi film pertama Frankenstein, film tersebut sempat hilang selama
bertahun-tahun, namun kolektor film bernama Felix Alois Dettlaff Sr menemukan
sebuah salinan dan merilisnya pada tahun 1993.
Awal abad ke-20
membawa banyak titik kemajuan dalam ragam horor, termasuk di sini adalah
pertama kalinya sebuah sosok monster tampil di film-panjang horor, yaitu
Quasimodo, si bungkuk dari Notre-Dame yang telah muncul di novel karya Victor
Hugo, "Notre-Dame de Paris" (diterbitkan 1831). Film yang menampilkan
Quasimodo antara lain film-film dari sineas Prancis Alice Guy seperti Esmeralda
(1906), The Hunchback (1909), The Love of a Hunchback (1910) dan Notre-Dame de
Paris (1911).
'Film horor' sebagai
fitur film pada awalnya banyak diciptakan oleh sineas Jerman di tahun 1910-an
dan 1920-an, dalam era film Ekspresionis Jerman. Banyak dari film-film tersebut
secara signifikan memengaruhi film-film Hollywood di kemudian hari, film
besutan Paul Wegener berjudul The Golem (1915) adalah salah satunya. Pada tahun
1920, Robert Wiene menyutradarai The Cabinet of Dr Caligari, dengan gaya
ekspresionisnya. Gaya ekspresionis tersebut akan memengaruhi banyak sineas,
seperti Orson Welles sampai Tim Burton (dari Amerika Serikat), dan banyak lagi
selama beberapa dekade. Era ekspresionis ini juga telah menghasilkan film fitur
bertema vampir yang pertama, yaitu film Nosferatu karya FW Murnau tahun 1922,
sebuah adaptasi yang tidak sah dari novel Dracula karya Bram Stoker.
Perkembangan Film Horor
Perkembangan film
horor diikuti di film drama Hollywood awal yang bereksperimen dengan tema
horor, termasuk film versi Hollywood dari The Hunchback of Notre Dame (1923) dan
film The Monster (1925), di mana keduanya dibintangi oleh Lon Chaney, Sr yang
dikenal sebagai aktor film horor pertama di Amerika Serikat. Perannya yang
paling terkenal adalah sebagai Phantom dalam film The Phantom of the Opera
(1925). Perkembangan selanjutnya diikuti oleh film-film horor dari perusahaan
film Universal, yang kemudian mengikuti rilisnya film tersebut dengan film-film
horor terkenal seperti Dracula (1931), Frankenstein (1931), The Mummy (1932),
Bride of Frankenstein (1935), Werewolf of London (1935), Son of Frankenstein
(1939), The Invisible Man (1933), The Wolf Man (1941), dan Creature from the
Black Lagoon (1954). Dengan serombongan tokoh monsternya yang ikonik,
perusahaan Universal akan menciptakan kesan mendalam di generasi penggemar film
di seluruh dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar